Jumat, 22 Juni 2012

INFLASI


Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. 

Penyebab


Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu :
kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

 

Penggolongan


Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1.                      Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2.                      Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3.                      Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4.                      Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

 

Mengukur inflasi


Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
  1. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
  2. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
  3. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
  4. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
  5. Indeks harga barang-barang modal
  6. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

 

Dampak


Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Peran bank sentral


Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.


Perhitungan Inflasi

Inflasi (rate of inflation) sebagai salah satu indikator ekonomi berguna untuk formulasi kebijakan ekonomi dalam hal menjaga stabilitas harga/upah, evaluasi pajak, menyesuaikan perhitungan pendapatan nasional (deflator) dan sebagai tolok ukur penyesuaian upah dan gaji serta pensiun agar selalu bisa mengikuti harga.
Perhitungan inflasi dapat dilakukan secara bulanan dan tahunan dengan rumus:



Dimana : IRn = angka inflasi (%) tahun ke-n
IHKn = indeks harga konsumen gabungan tahun ke-n
IHKn-1 = indeks harga konsumen gabungan tahun sebelumnya




Sumber :
 http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
 http://methodusmethodus.wordpress.com/tag/perhitungan-inflasi-secara-tahunan/

Rabu, 02 Mei 2012

Analisa Titik Impas dan Sensitivitas


Analisa Titik Impas

Analisa titik impas adalah sebuah cara yang digunakan untuk menentukan kapan sebuah bisnis akan  mulai dapat menutup semua pengeluarannya dan mulai menghasilkan profit.
Untuk usaha yang baru mulai adalah sangat penting untuk mengetahui biaya awal Anda, ini menyediakan Anda informasi tentang berapa banyak yang perlu Anda hasilkan dari pendapatan penjualan untuk membayar biaya-biaya selanjutnya, yang terkait dalam proses menjalankan bisnis Anda.
Seorang pemilik usaha yang baru mulai harus memahami bahwa $ 5.000 dari penjualan produk tidak akan menutupi $ 5.000 biaya overhead bulanan. Biaya penjualan $ 5.000 dalam retail goods dengan mudah bisa menjadi $ 3,000 dalam harga wholesale, sehingga $ 5000 dalam pendapatan penjualan hanya memberikan $ 2.000 dalam gross profit yang tersedia untuk biaya overhead. Titik impas tercapai jika pendapatan sama dengan semua biaya bisnis.
Untuk menghitung titik impas Anda, Anda perlu mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel Anda. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah seiring volume penjualan, seperti contohnya biaya sewa dan gaji. Biaya-biaya tersebut harus dibayar terlepas ada  penjualan atau tidak, dan sering disebut juga sebagai biaya overhead. Biaya variabel berubah-ubah, terkait langsung dengan volume penjualan, seperti biaya pembelian stok, pengiriman, atau biaya produksi produk.

Apakah bisnis Anda Akan Membuat Uang?
Sebelum Anda mempersiapkan rencana bisnis, Anda harus mencari tahu apakah bisnis Anda akan mencapai titik impas. Bagaimana Anda bisa tahu apakah ide bisnis Anda akan menguntungkan? Jawaban yang jujur ​​adalah, Anda tidak bisa. Tetapi ketidakpastian ini seharusnya tidak membuat Anda berhenti dari meneliti kematangan finansial dari  ide Anda. Dengan mempersiapkan sesuatu yang dikenal sebagai “analisa titik impas,serta beberapa proyeksi keuangan lainnya, dapat membantu Anda menentukan apakah bisnis Anda akan berhasil.

Apa yang dikatakan Analisa Titik Impas Kepada Anda
Breakeven analysis menunjukkan jumlah pemasukan yang  harus Anda hasilkan untuk menutupi pengeluaran Anda sebelum Anda membuat keuntungan sepeser pun. Jika Anda dapat mencapai dan melampaui titik impas Anda, jika Anda dapat menghasilkan lebih dari jumlah pendapatan penjualan yang Anda butuhkan untuk membayar pengeluaran Anda – maka bisnis Anda memiliki peluang yang baik untuk menghasilkan uang.
Banyak pengusaha berpengalaman menggunakan analisa titik impas sebagai alat skrining utama untuk usaha bisnis baru mereka. Mereka bahkan tidak akan menulis business plan yang lengkap, kecuali jika perkiraan titik impas mereka menunjukkan impas, meramalkan bahwa pendapatan penjualan mereka diproyeksikan jauh melebihi biaya mereka melakukan bisnis.

Bagaimana Menyiapkan Analisa Titik Impas
Untuk melakukan analisa titik impas, Anda harus membuat terkaan tentang pengeluaran dan pendapatan. Meskipun Anda tidak memiliki bola kristal, Anda harus melakukan riset serius – termasuk analisa pasar Anda – untuk menentukan proyeksi volume penjualan dan beban yang harus Anda antisipasi. Taruhan terbaik Anda adalah dengan berinventasi dalam belajar membuat business plan Anda sendiri, untuk belajar bagaimana membuat estimasi pendapatan dan biaya yang wajar.
Anda harus membuat perkiraan sebagai berikut dan perhitungan ketika Anda mempersiapkan analisa titik impas Anda:
  • Biaya tetap. (kadang-kadang disebut “overhead“) tidak bervariasi banyak dari bulan ke bulan. Mereka mencakup sewa, asuransi dan sekumpluan biaya lain. Juga merupakan ide yang baik untuk menambah biaya ekstra, sekitar 10%, dalam analisa titik impas untuk menutup biaya lain-lain untuk menutup biaya tak terduga.
  • Pendapatan penjualan. Ini adalah total rupiah dari aktivitas penjualan yang Anda bawa ke dalam bisnis Anda setiap bulan atau setiap tahun. Untuk melakukan analisa titik impas yang valid, Anda harus mendasarkan perkiraan Anda pada volume bisnis Anda benar-benar Anda perkirakan – tidak pada berapa banyak yang Anda butuhkan untuk menghasilkan keuntungan yang baik.
  • Rata-rata gross profit dari setiap penjualan. Rata-rata gross profit adalah uang yang tersisa dari setiap dolar penjualan setelah membayar direct cost dari penjualan. (Direct Cost adalah apa yang Anda bayar untuk menyediakan produk atau layanan Anda.) Sebagai contoh, jika Antoinette membayar rata-rata $ 100 untuk barang-barang yang diperlukan untuk membuat gaun, yang dijual dengan  rata-rata $ 300, rata-rata grpss profitnya adalah $ 200.
  • Rata-rata persentase gross profit. Persentase ini memberitahukan Anda berapa besar gross profit Anda dari setiap penjualan.  Untuk menghitung rata-rata persentase gross profit, bagi angka rata-rata gross profit oleh rata-rata harga jual. Sebagai contoh, jika Antoinette membuat rata-rata gross profit $ 200 dari gaun yang dia jual untuk rata-rata $ 300, persentase gross profitnya adalah 66,7% ($ 200 dibagi dengan $ 300).
Menghitung Breakeven Point Anda
Setelah Anda hitung angka di atas, mudah untuk mengetahui titik impas Anda. Cukup bagi estimasi biaya tetap tahunan Anda dengan persentase gross profit Anda untuk menentukan jumlah pendapatan penjualan yang Anda perlukan untuk mencapai titik impas. Sebagai contoh, jika biaya tetap Antoinette adalah $ 6.000 per bulan, dan margin keuntungan yang diharapkan nya adalah 66,7%,  titik impas dia adalah $ 9.000 dalam pendapatan penjualan per bulan ($ 6,000 dibagi dengan 0,667). Dengan kata lain, Antoinette harus membuat $ 9.000 setiap bulan hanya untuk membayar biaya tetap dan direct (produk) costnya. (Angka ini tidak mencakup profit, atau bahkan gaji untuk Antoinette.)

Jangan Meremehkan Breakeven Analysis
Meskipun membuat perkiraan titik impas mungkin terdengar rumit, Anda berutang kepada diri sendiri untuk mempersiapkannya sebagai salah satu langkah pertama dalam proses perencanaan bisnis. Seperti yang Anda lihat, perkiraan titik impas Anda yang disiapkan secara realistis dapat menceritakan aapakah ide Anda adalah pemenang, pecundang atau seperti kebanyakan ide-ide lain, perlu sedikit modifikasi untuk bekerja.

Jika Anda Tidak Bisa Titik Impas
Jika titik impas Anda lebih tinggi daripada pendapatan yang diperkirakan, Anda akan perlu memutuskan apakah ada aspek tertentu dari perencanaan yang dapat diubah untuk menciptakan titik impas yang dapat dicapai. Sebagai contoh, Anda dapat :
  • Mencari sumber-sumber suply yang lebih murah
  • Melakukan sendiri tanpa pegawai
  • Hemat  biaya sewa dengan bekerja dari rumah, atau
  • menjual produk atau jasa dengan harga yang lebih tinggi
Jika omzet penjualan titik impas masih seperti angka yang tidak bisa dicapai, mungkin Anda perlu membuang ide bisnis Anda. Jika itu adalah kasusnya, bersyukurlah pada fakta bahwa Anda tahu sebelum Anda investasikan uang Anda (atau orang lain) ke ide tersebut.

Analisa keuangan yang selanjutnya.
Jika perkiraan titik impas menunjukkan bahwa Anda akan menghasilkan lebih banyak omzet dari yang Anda butuhkan untuk mencapai titik impas, Anda dapat menganggap diri beruntung. Tapi Anda masih perlu mencari tahu berapa banyak keuntungan yang akan dihasilkan oleh bisnis Anda, dan apakah Anda akan memiliki cukup uang tunai untuk membayar tagihan-tagihan Anda ketika mereka jatuh tempo. Singkatnya, sebuah perkiraan titik impas adalah alat skrining yang hebat, tetapi Anda membutuhkan analisis yang lebih lengkap sebelum Anda mulai menginvestasikan uang nyata dalam usaha Anda.
Berikut ini adalah proyeksi keuangan tambahan yang juga harus menjadi bagian dari rencana bisnis Anda, untuk melengkapi gambaran keuangan bisnis Anda. :
  • Sebuah perkiraan rugi-laba. Ini adalah proyeksi bulan-demi-bulan dari net profit bisnis Anda.
  • Sebuah proyeksi arus kas. Ini menunjukkan berapa banyak uang tunai yang sebenarnya Anda akan memiliki, dari bulan ke bulan, untuk memenuhi pengeluaran Anda.
  • Sebuah perkiraan biaya untuk memulai bisnis. Ini adalah total dari keseluruhan pengeluaran yang harus kumpulkan, sebelum Anda membuka bisnis.
Menyiapkan sebuah perkiraan titik impas akan membantu Anda menentukan, apakah perlu mendraft sebuah business plan untuk ide Anda – Tetapi ini jangan pernah mengambil tempat untuk perkiraan yang lengkap atas rugi laba dan proyeksi cash flow. Untuk instruksi bagaimana membuat perkiraan rugi laba dan proyeksi cash flow, silahkan lihat How to Write Business Plan, oleh Mike McKeever (Nolo)

Analisa Sensitivitas
  
Seorang analis jarang dapat menentukan parameter model Program Linier seperti (m, n, Cj, aij, bi) dengan pasti karena nilai parameter ini adalah fungsi dari beberapa variable yang tidak terkontrol.

Sementara itu solusi optimal model Program Linier didasarkan pada parameter tersebut. Akibatnya analis perlu mengamati pengaruh perubahan parameter tersebut terhadap solusi optimal. Analisa perubahan parameter dan pengaruhnya terhadap solusi Program Linier disebut Post Optimality Analisis. Istilah post optimality menunjukkan bahwa analisa ini terjadi setelah diperoleh solusi optimal, dengan mengasumsikan seperangkat nilai parameter yang digunakan dalam model. Atau Analisis Postoptimal (disebut juga analisis pasca optimal atau analisis setelah optimal, atau analisis kepekaan dalam suasana ketidaktahuan) merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua parameter model tersebut berubah atau menjelaskan pengaruh perubahan data terhadap penyelesaian optimal yang sudah ada.

Dapat diketahui bahwa dunia nyata yang diabstraksikan dan disimplifikasikan ke dalam model PL, tidak sederhana seperti rumusan PL sederhana tersebut. Oleh karena itu dalam dunia pengelolaan dan kehidupan dunia nyata, selalu dihadapkan pada pertanyaanpertanyaan keragu-raguaan seperti “apa yang akan terjadi, jika” ini dan itu berubah? Persoalan peluang dan ketidakpastiaan pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dapat dijawab dalam rangka meyakinkan pendirian terhadap sesuatu yang akan diputuskan kelak. Dengan demikian hasil yang diharapkan tersebut adalah hasil yang memang ”paling mungkin“ dan ”paling mendekati”, atau “perkiraan yang paling tepat”. Uji kepekaan hasil dan pasca optimal (sebut saja selanjutnya analisis postoptimal) yang dapat memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan tersebut diatas. Analisis postoptimal sangat berhubungan erat dengan atau mendekati apa yang disebut Program Parametrikal atau Analisis Parametrisasi.

Perubahan atau variasi dalam suatu persoalan Program Linier yang biasanya dipelajari melalui Post Optimality analysis dapat dipisahkan ke dalam tiga kelompok umum, yaitu :

1. Analisa yang berkaitan dengan perubahan diskrit parameter untuk melihat berapa besar perubahan dapat ditolerir sebelum solusi optimal mulai kehilangan optimalitasnya, ini dinamakan Analisa Sensitivitas. Jika suatu perubahan kecil dalam parameter menyebabkan perubahan drastis dalam solusi, dikatakan bahwa solusi adalah sangat sensitif terhadap nilai parameter itu. Sebaliknya, jika perubahan parameter tidak mempunyai pengaruh besar terhadap solusi dikatakan solusi relatif insensitif terhadap nilai parameter tersebut.

2. Analisa yang berkaitan dengan perubahan struktural. Masalah ini muncul bila persoalan Program Linier dirumuskan kembali dengan menambahkan atau menghilangkan kendala dan atau variabel untuk menunjukkan operasi model alternatif. Perubahan struktural ini dapat dimasukkan dalam analisa sensitivitas.

3. Analisa yang berkaitan dengan perubahan kontinu parameter untuk menentukan urutan solusi dasar yang menjadi optimal jika perubahan ditambah lebih jauh, ini dinamakan Parametric-Programming.

Diketahui Model Matematika Persoalan Program Linier adalah sebagai berikut:
Menentukan nilai dari X1, X2, X3, ....., Xn sedemikian rupa sehingga :

Z = C1 X1 + C2 X2 +....+Cn Xn =  Σ Cj Xj (Optimal [ maksimum / minimum ] )

Yang kemudian disebut sebagai Fungsi Tujuan (Objective Function)dengan pembatasan (Funsi Kendala/Syarat Ikatan) :

a11 X1 + a12 X2 +.....+a1n Xn ≤ atau ≥ b1 ,
a21 X1 + a22 X2 +.....+a2n Xn ≤ atau ≥ b2,
|                       |                       |
am1 X1 + am2 X2 +....+ amn Xn ≤ atau ≥ bm,

atau Σ aij Xj ≤ atau ≥ bi untuk i = 1,2,3, … , m.
dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0,...,Xn ≥ 0 atau Xj ≥ 0, dimana j = 1, 2, 3,...., n (syarat non-negatif).

Berdasarkan Model Matematika Persoalan Program Linier di atas analisis sensitivitas dapat dikelompokkan berdasarkan perubahan-perubahan parameter:
(1). Perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj),
(2). Perubahan Koefisien teknologi (aij) (koefisien inpu-output),
(3). Perubahan Nilai-Sebelah-Kanan (NSK) fungsi kendala) (bi),
(4). Adanya tambahan fungsi kendala baru (perubahan nilai m)
(5). Adanya tambahan perubahan (variabel) pengambilan keputusan (Xj) (perubahan nilai n).



Sumber :
http://actioncoachsouthjakarta.wordpress.com/2011/03/14/breakeven-analysis/
http://dyusup.files.wordpress.com/2008/01/pertemuan-8.pdf

Sabtu, 07 April 2012

Nilai Waktu Uang


Present Value digunakan untuk untuk mengetahui nilai investasi sekarang dari suatu nilai dimasa datang. Untuk menghitung PV bisa menggunakan fungsi pv() yang ada dimicrosoft excel. Ada lima parameter yang ada dalam fungsi pv(), yaitu :
  • Rate, tingkat suku bunga pada periode tertentu bisa per bulan ataupun per tahun.
  • Nper, jumlah angsuran yang dilakukan.
  • Pmt, besar angsuran yang dibayarkan.
  • Fv, nilai akan datang yang akan dihitung nilai sekarangnya.
  • Type, jika bernilai 1 pembayaran dilakukan diawal periode, jika bernilai 0 pembayaran dilakukan diakhir periode.
Contoh :
Saat pensiun 25 tahun lagi saya ingin punya uang 1.000.000.000, berapakah nilai uang 1.000.000.000 saat ini, dengan asumsi pemerintah mampu mempertahankan inflasi satu digit, misal 8% per tahun, dengan menggunakan fungsi pv() masukkan nilai untuk parameter-parameter yang ada sebagai berikut :
  • Rate = 5%
  • Nper = 25
  • Pmt = 0, tidak ada angsuran yang dikeluarkan tiap tahunnya
  • Fv = 1000000000
  • Type = 0
Dari masukan diatas maka akan didapat nilai 295.302.771.70
untuk mendapatkan uang 1.000.000.000 25 tahun lagi maka saya harus mengeluarkan uang sebesar 295.302.771.70 saat ini atau dengan kata lain uang 1.000.000.000 25 tahun lagi sama nilainya dengan uang 295.302.771.70 saat ini, dengan asumsi inflasi konsisten sebesar 5% setiap tahun selama 25 tahun.

Future Value (FV) digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang berdasarkan tingkat suku bunga dan angsuran yang tetap selama periode tertentu. Untuk menghitung FV bisa menggunakan fungsi fv() yang ada dimicrosoft excel. Ada lima parameter yang ada dalam fungsi fv(), yaitu :
  • Rate, tingkat suku bunga pada periode tertentu bisa per bulan ataupun per tahun.
  • Nper, jumlah angsuran yang dilakukan
  • Pmt, besar angsuran yang dibayarkan.
  • Pv, nilai saat ini yang akan dihitung nilai akan datangnya.
  • Type, jika bernilai 1 pembayaran dilakukan diawal periode, jika bernilai 0 pembayaran dilakukan diakhir periode.

Contoh :
Setiap bulan kita menabung dibank sebesar 200.000, saldo awal tabungan kita adalah 3.000.000, bunga bank pertahun 6%, dengan asumsi tidak ada potongan bunga dan biaya administrasi, berapa uang yang akan kita dapat 20 tahun yang akan datang?, dengan menggunakan fungsi fv(), masukkan nilai untuk parameter-parameter yang ada sebagai berikut :
  • Rate = 6%/12, dibagi 12 karena angsuran 250.000 dilakukan perbulan
  • Nper = 20×12 = 240, dikali 12 karena angsuran dilakukan per bulan
  • Pmt = 200000
  • Pv = 3000000
  • Type = 0
Dari masukan diatas maka akan didapat nilai 102.338.792,46
Yang perlu diperhatikan dalam penggunakan fungsi fv() adalah satuan untuk parameter rate, nper dan pmt haruslah sama, jika satuannya bulan maka harus bulan semua, jika ada yang bersatuan tahun maka harus dikonversi ke satuan bulan.


Net Present Value atau biasa disingkat dengan NPV adalah merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran. Untuk lebih jelas ada baiknya dilihat dengan contoh perhitungan dibawah ini.


Suatu proyek dengan dengan investasi sebesar Rp. 500 juta dan tingkat bunga yang relevan sebesar 15%. Proyek ini diharapkan akan menghasilkan nilai sebesar Rp. 800 juta. Maka berapakah besarnya net present value yang akan dihasilkan?


PVpenerimaan = 800 / ( 1 + 0.18 )1 = Rp. 695,65 juta
PVinvestasi = 500 / ( 1 + 0.18 )0 = Rp. 500 juta 


Maka Net Present Value yang dihasilkan adalah

NPV = PVinvestasi + PVpenerimaan
NPV = – 500 + 695,65 = Rp. 195,65 juta

Sehingga didapatlah rumus sebagai berikut:


NPV = Ao + (A1 / (1 + r))

dimana, Ao = nilai awal investasi; A1 = nilai penerimaan dari investasi; r = tingkat suku bunga yang relevan.
Berkaitan dengan investasi (modal) yang akan ditanamkan, maka diperlukan pedoman untuk dapat dengan bijak menilai investasi tersebut. Dan pedoman tersebut yang dapat dipakai sebagai panduan adalah:
  • Terima investasi yang diharapkan bilamana memberikan NPV positif.
  • Terima investasi yang memberikan IRR yang lebih besar daripada tingkat keuntungan yang diisyaratkan.


Tentu saja penyajian konsep ini berlaku bilamana kondisi pasar uang dan pasar modal yang sempurna dengan catatan:
  • Tingkat suku bunga yang ada adalah stabil dan sama, tidak berfluktuatif.
  • Tidak adanya pihak yang dominan untuk mempengaruhi pasar.
  • Kondisi diluar transaksi keuangan yang ada adalah stabil.


IRR berasal dari bahasa Inggris Internal Rate of Return disingkat IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain).

IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return. Minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor.

Cara Perhitungan


Posisi IRR ditunjukkan pada grafik
NPV(r)(r dengan label 'i' pada grafik)
IRR merupakan suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proeed) dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi.
Besarnya nilai sekarang dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

 

 

 

 

Contoh

Bila suatu investasi mempunyai arus kas sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut


















Tahun (n)
Arus kas (Cn)
0
-4000
1
1200
2
1410
3
1875
4
1050








Kemudian IRR r dihitung dari


Dalam kasus ini hasilnya adalah 14.3%.

Contoh :





Anda dapat membeli sebuah gedung sebesar $ 350.000. Investasi ini akan menghasilkan $ 16.000 dalam arus kas (yaitu sewa) selama tiga tahun pertama. Pada akhir tahun ketiga Anda akan menjual gedung itu seharga $ 450.000. Berapakah IRR dari investasi ini?

jawab :




IRR = 12.96%





Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/IRR
http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/07/29/konsep-net-present-value-dan-aplikasinya/

http://www.adibmubarrok.com/2008/06/future-value-dan-present-value/
http://rosihan.lecture.ub.ac.id/files/2009/09/9soal.ppt 

Jumat, 13 Januari 2012

Peran Perbankan Indonesia dalam era Globalisasi

Belum lama ini peran perbankan di Indonesia di tantang untuk menjaga posisinya dari krisis yang terjadi di eropa. Krisis yang terjadi di hampir seluruh eropa ini menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad mampu ditahan mengingat kinerjanya cukup baik.

"Krisis ekonomi di Eropa tidak akan pengaruhi kinerja perbankan nasional. Dari sisi likuiditas, eksposure (pinjaman) ke bank di Eropa dan AS hanya sekitar Rp100 triliun, tidak terlalu besar dibanding total aset perbankan nasional," katanya lagi.

Menurutnya, dari "stress test" yang dilakukan BI, dampak krisis ekonomi di Eropa dan AS sangat kecil pengaruhnya bagi perbankan nasional, apalagi kinerja perbankan dari sisi aset, modal dan kredit berjalan cukup baik.

"Kami sudah lakukan tes, jika krisis akhirnya menyebar ke semua negara Eropa dampak kepada permodalan bank tidak besar," katanya.

Namun, menurutnya, yang patut diwaspadai adalah dampak psikologis dari krisis ini karena bila terus berlanjut bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Daya tahan perbankan kira cukup meyakinkan dari jumlah modal, dari likuiditas, dan dari jumlah kredit, meski kita belum puas dengan pertumbuhan kredit yang belum sebesar modal yang ada," katanya.

Skenario terburuk dampak krisis ke perbankan nasional, lanjut Muliaman, adalah jika ada individu-individu bank yang mengalami masalah internal pada saat kondisi ekonomi global belum membaik seperti sekarang.

Fungsi BI terhadap perbankan

Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

1.      Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.  Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

2.      Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.

3.      Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang  bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

4.      Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

5.      Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan  melalui fungsi bank sentral sebagailender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR,  Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.


Jenis-Jenis Bank di Indonesia

1. Bank Sentral

Contoh Bank Sentral di Indonesia
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.

2. Bank Umum

Contoh Bank Umum di Indonesia
Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.

3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR

Contoh BPR di Indonesia
Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kridit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam sbi / sertifikat bank indonesia, deposito berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya. Contohnya Bank DKI


Sumber:
http://www.antaranews.com/berita/286793/perbankan-indonesia-mampu-menahan-krisis-eropa
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Peran+BI/
http://organisasi.org/macam-jenis-bank-definisi-pengertian-bank-sentral-umum-dan-bank-perkreditan-rakyat